iklan banner

✔ Sistem Pencernaan Serangga

(Artikel Sistem Pencernaan Serangga ini yaitu serpihan dari makalah dengan judul Kajian Fisiologi Serangga. Bila anda memerlukannya sebagai materi referensi, makalah Fisiologi Serangga  tersebut sanggup anda DOWNLOAD DISINI)

a). Saluran Pencernaan Serangga
Serangga makan hampir segala zat organik yang terdapat di dalam, dan sistem-sistem pencernaan mereka menyampaikan variasi yang besar. Saluran pencernaan yaitu suatu buluh, biasanya berkelok, yang memanjang dari lisan hingga anus. Sistem percernaan ini sangat bermacam-macam tergantung macam-macam kuliner yang dimakan. Kebiasaan-kebiasaan makan bahkan mungkin sangat bermacam-macam pada satu jenis tunggal. Larva dan serangga sampaumur biasanya mempunyai kebiasaan makan yang sama sekali berbeda dan hal ini tentu akan menimbulkan perbedaan dalam sistem-sistem pencernaan.

b). Stuktur Umum Saluran Pencernaan Serangga
Saluran pencernaan pada serangga dibagi menjadi tiga serpihan utama yaitu: kanal pencernaan depan (Stomodeum), kanal pencernaan tengah (Mesenteron), kanal pencernaan belakang (Proktodeum).  Saluran-saluran pencernaan tersebut berasal dari turunan yang berbeda, kanal pencernaan depan dan belakang berasal dari jaringan ektodermal dan kanal pencernaan tengah berasal dari jaringan endodermal. Bentuk kanal pencernaan ini dipengaruhi oleh cara makan dan kuliner serangga, sehingga hal ini akan menimbulkan adanya perbedaan-perbedaan (penyesuaian-penyesuaian) diantara bentuk pencernaan serangga.

Pada banyak serangga bagian-bagian utama ini terbagi menjadi serpihan lain dengan banyak sekali fungsi yaitu faring, esofagus, crop dan proventrikulus pada kanal pencernaan serpihan depan, ventrikulus pada serpihan pencernaan tengah, dan pirolus, illeum serta rektum pada pencernaan serpihan belakang. Beberapa sistem yang mendukung fungsi sistem pencernaan yaitu sistem syaraf pusat, sistem syaraf stomatogastik, sistem endokrin dan sistem pernapasan. Serangga sanggup dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu: Fitophagus, yaitu serangga pemakan tumbuhan, segala sesuatu yang berasal atau dihasilkan oleh tumbuhan. Zoophagus, yaitu serangga pemakan binatang lain baik vertebrata maupun invertebrata. Serangga yang bersifat predator dan benalu termasuk ke dalam kelompok ini. Saprophagus, yaitu serangga pemakan materi organik atau organisme lain yang telah mati. Omnivorus, yaitu serangga pemakan binatang maupun tumbuhan.

c). Saluran Pencernaan Depan Serangga
Pencernaan depan berasal dari jaringan ektodermal maka kanal pencernaan serpihan depan dilapisi kutikula yang disebut intima, yang dilepaskan setiap pergantian kulit. Saluran pencernaan depan lebih berfungsi sebagai penyimpan kuliner dan sedikit melaksanakan pencernaan. Pencernaan pada daerah ini disebabkan masih adanya enzim-enzim yang terbawa dari mulut.

Saluran pencernaan depan tersusun dari otot-otot yang memanjang (longitudinal), otot-otot melingkar (circular), sel-sel ephitelium yang pipih, sel-sel yang bersifat impermeable. Akibat pergerakan otot-otot melingkar dan longitudinal menimbulkan kuliner sanggup bergerak ke kanal tengah. Saluran pencernaan depan terdiri dari beberapa serpihan dan fungsi sebagai berikut:

1). Rongga lisan sebagai masuknya kuliner

2). Faring (kerongkongan) merupakan serpihan pertama sehabis rongga lisan yang berfungsi sebagai penerus kuliner ke oesophagus. Otot-otot yang melekat pada faring berkembang dengan baik, hal ini sesuai dengan kiprahnya yang mendorong kuliner dari lisan ke oesophagus. Pada serangga dengan tipe menusuk dan mengisap pada faring terdapat pompa faringeal yang digunakan untuk mengambil cairan.

3). Oesophagus yaitu serpihan usus depan yang tidak berdiferensiasi yang berfungsi mendorong kuliner dari faring ke tembolok.

4). Tembolok merupakan pembesaran usus serpihan depan yang berfungsi sebagai penyimpan makanan. Seringkali jika tembolok kosong akan melipat secara longitudinal dan tranversal tetapi pada Periplanata (Dictyoptera) tembolok hanya mengalami perubahan kecil pada volumenya lantaran apabila tembolok tidak berisi makanan, tembolok tersebut diisi oleh udara. Pada umumnya sekresi dan peresapan tidak terjadi di dalam tembolok, tetapi adakala terjadi secara enzimatik. Enzim didapat dari makanaan yang tercampur air liur yang bergerak ke belakang menuju tembolok serta enzim dari mesenteron yang dimuntahkan dari usus tengah. Walaupun proventrikulus bertindak sebagai klep yang membatasi gerakan-gerakan kuliner ke belakang tetapi tidak menghalangi muntahan cairan.

5). Proventrikulus, serpihan ini mengalami modifikasi yang beraneka ragam pada banyak sekali serangga. Pada serangga pemakan materi padat, proventrikulus berfungsi sebagai pemecah makanan, sedangkan pada serangga pemakan cairan proventrikulus termodifikasi menjadi katup. Pada lipas dan jangkrik, intima di daalm proventrikulus berubah menjadi enam keping otot yang keras atau geligi yang berfungsi untuk memecah makanan. Proventrikulus secara keseluruhan mengontrol jalannya kuliner dari stomadeum ke mesenteron.

d). Saluran Pencernaan Tengah Serangga
Saluran pencernaan serpihan tengah berfungsi sebagai pencerna dan penyerap makanan. Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga kanal ini tidak mempunyai kutikula dan sebagai gantinya yaitu lapisan peritropik yang halus. Otot-otot pada kanal ini berkembang. Menurut chapman (1982) kanal pencernaan ini disususn oleh otot longitudinal, otot melingkar, sel-sel epityelium yang berbentuk kolumnar, sel-sel regeneratif (penghasil enzim) dan membran peritropik. 

Pergerakan kuliner ke kanal belakang pada kanal ini lebih disebabkan oleh membran peritropik. Membran peritropik yaitu suatu lapisan yang meliputi lumen untuk melindungi sel-sel kolumnar yang berada di bawahnya dari kuliner dan mikroba. Membran peritropik terdiri atas khitin dan protein. Ada dua pendapat mengenai terjadinya membran tersebut, pendapat pertama menyampaikan bahwa lapisan dihasilkan oleh serpihan depan kanal pencernaan tengah, sedangkan pendapat kedua menyampaikan bahwa lapisan dihasilkan oleh sel-sel kolumnar sendiri.

Lumen mempunyai mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan pada sel yang sanggup membentuk started border. Mikropili ini juga berfungsi memperbesar luas permukaan penyerapan. Pada sel-sel ini terdapat banyak mitokondria sebagai penghasil energi (ATP) untuk pergerakan makanan. Pada sel ini juga terdapat banyak retikulum endoplasma sebagai daerah sintesis protein untuk menghasilkan enzim-enzim pencernaan.

Pada sel epitelium yang kolumnar ditemukan sel Goblet. Pada selaput dasar mempunyai banayak lekukan-lekukan dan disana banyak terdapat mitokondria yang panjang-panjang sehingga hal tersebut menjadi pembeda dengan sel-sel lain. Saluran pencernaan tengah terdiri dari grastrik kaekum dan ventrikulus, daerah terjadinya pencernaan secara enzimatis dan absorbsi nutrisi.

e). Saluran Pencernaan Belakang Serangga
Saluran pencernaan belakang berfungsi sebagai daerah pengeluaran sisa-sisa kuliner yang tidak terserap dan memaksimalisasi peresapan sisa kuliner yang tidak terserap pada dikala di mesenteron. Saluran pencernaan belakang ini berasal dari jaringan ektodermal sehingga kanal ini mempunyai kutikula yang disebut intima. Pada kanal inilah sifat hemoestasis serangga terdapat. Saluran pencernaan belakang berdasarkan Snogras (1935) tersusun dari otot melingkar, otot longitudinal, sel-sel epitel tipis yang berbentuk kubus, intima yang bersifat permiabel.

Otot-otot pada kanal ini lebih berkembang sehingga sanggup menimbulkan sisa kuliner sanggup bergerak ke belakang dan keluar melalui anus. Saluran pencernaan belakang ini terdiri dari :

1). Pilorus, serpihan depan dari kanal ini daerah berpangkalnya tabung malphigi

2). Illeum, berfungsi sebagai peresapan air dari hemolimfa atau juga peresapan amonia pada serangga “blowfly”. Pada rayap di illeum ini terdapat kantung-kantung daerah organisme lain bersimbiosis (Chapman, 1982)

3). Rektum, berfungsi sebagai reabsorbsi air, asam amino dan pada serangga tertentu mempunyai insang trakea. Pada rektum ini terjadi diferensiasi sel-sel, ada yang memanjang dan ada yang membentuk alas

4). Anus, serpihan ujung kanal sebagai daerah keluarnya feces. 

Terdapat beberapa jenis kelenjer yang sanggup beradsosiasi dengan sistem pencernaan diantaranya yaitu kelenjer mandibel, kelenjar maksila, kelenjar faring dan kelenjar labium.

f). Pencernaan Dan Penyerapan Serangga
Pencernaan yaitu pemecahan molekul-molekul besar dan komplek (makro molekul) menjadi molekul-molekul kecil dan sederhana (mikro molekul) yang sanggup melewati seluruh jaringan tubuh. Enzim-enzim yang berikatan dengan pencernaan ada di dalam air liur dan dalam sekresi usus serpihan tengah. Kecuali itu pencernaan dipermudah oleh mikroorganisme. Terdapat dua jenis pencernaan yaitu :

1). Pencernaan Di Luar Saluran Usus (Ekstrainstestinal Digestion) Serangga
Jenis pencernaan dimana kuliner sebelum masuk ke dalam perut terlebih dahulu telah menerima perlakuan pencernaan sebelumnya. Karena air liur mengandung enzim, seringkali pencernaan dimulai sebelum kuliner ditelan. Hal ini terjadi pada serangga-seranggga pengisap cairan. Enzim disemprotkan pada kuliner sehingga larut sebelum ditelan.

2). Pencernaan Di Bagian Dalam Usus (Intrainstestinal Digestion) Serangga
Jenis pencernaan ini kebanyakan dilakukan oleh mahluk hidup dimana pencernaan terjadi didalam perut setelah kuliner dimakan. Saluran pencernaan berperan terutama untuk pencernaan dan peresapan makanan. Pada umumnya pencernaan terjadi sebagian besar di dalam usus serpihan tengah, dimana enzim-enzim pencernan bayak diproduksi. Enzim-enzim ini berfungsi memecahkan subtansi yang komplek di dalam kuliner menjadi subtansi yang lebih sederhana sehingga sanggup diserap dan kemudian diasimilasi oleh serangga.

Kebanyakan karbohidrat diperoleh menjadi monosakarida. Kebanyakan serangga tidak mempunyai enzim yang sanggup memecahkan selulosa yang biasanya terdapat didalam kuliner serangga. Dalam proses pencernaan dan peresapan kuliner ini, untuk melaksanakan kiprah enzim secara optimal dipengaruhi oleh kisaran pH dan Suhu.

pH
pH pencernaan serpihan depan sangat dipengaruhi oleh kuliner dan berbeda-beda berdasarkan zat hara lantaran tidak ada buffer yang cocok untuk isi pencernaan serpihan depan. Lipas yang makan zat hara protein mempunyai pH 6,3, dengan maltose 5,8 dan makan glukosa 4,5-4,8. pH yang lebih asam dengan memakan gula yang kemudian dirubah oleh mikroorganisme menjadi asam organik.

Pencernaan serpihan tengah mempunyai buffer sehingga tercapai pH yang relatif tetap. Pada Aphis mempunyai dua macam sistem buffer, yang pertama yaitu asam-asam organik komplek dan garam-garam yang mempunyai imbas maksimum pada pH 4,2 dan sistem yang kedua yaitu serangkaian monohidrogen dan dihidrogen fospat yang mempunyai imbas maksimum pada pH 6,8.

Di dalam pencernaan serpihan tengah pH tersebut biasanya berkisar antara 6,0-8,0 tetapi pada larva Lepidoptera, kisaran umumnya 8,0-10,0. pH basa lebih umum pada serangga fitopagus daripada serangga karnivora (Chapman, 1982). Sedangkan berdasarkan Lai dan Tamishiro dalam Raffiudin (1991) untuk rayap pH pencernaan serpihan tengah hingga belakang 6,0-7,5.

Suhu
Aktivitas Enzim akan meningkat dengan naiknya suhu, tetapi hal ini terjadi untuk periode yang singkat lantaran pada suhu tinggi enzim mengalami denaturasi dan suhu tinggi dalam waktu yang usang akan menimbulkan enzim rusak.

g). Penyerapan Pencernaan Serangga
Kebanyakan pencernaan terjadi di dalam usus tengah daerah dimana enzim disekresikan, tetapi lantaran cairan-cairan usus serpihan tengah dimuntahkan kembali, sejumlah pencernaan sanggup terjadi juga di tembolok. Enzim yang berkaitan dengan pencernaan terdapat dalam air liur dan sekresi usus serpihan tengah. Enzim yang terdapat di serpihan usus tengah diadaptasi dengan makanan. Bila suatu serangga utamanya memakn protein maka protease menjadi penting, sedangkan serangga yang makan madu tidak terdapat protease. Serangga yang memakan serpihan floem yang tidak mengandung polisakarida atau protein tidak terdapat amilase dan protease, tetapi invertase.

Produk pencernaan diserap di dalam usus tengah dan sedikit pada usus serpihan belakang. Terdapat sejumlah peresapan kembali dari air seni pada usus serpihan belakang ini. Sel-sel yang berafiliasi dengan peresapan ibarat dengan sel-sel yang menghasilkan enzim. Tidak terjadi fagositas terhadap partikel makanan, semua subtansi diserap dalam bentuk cairan.

Proses peresapan sanggup terjadi akhir proses yang aktif dan pasif terutama tergantung pada konsentrasi relatif subtansi di dalam dan di luar usus, difusi terjadi dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah. Pergerakan air yang pasif yang meliputi pergerakan dari larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang rendah ke tekanan osmisis yang tinggi. Pergerakan aktif tergantung dari beberapa proses metabolik untuk pergerakan subtansi terhadap konsentrasi.

h). Efisiensi Penggunaan Makanan Serangga
Efisiensi serangga mengkonsumsi makanannya sangat bervariasi tetapi kebanyakan serangga fitofaghus mencerna dan meyerap hanya relatif kecil dari makan yang dimakan dan sebagian besar kuliner dikeluarkan tanpa perubahan sebagai faeses.

Penggunaan kuliner beraneka ragam dari suatu serangga ke serangga lainnya. Pada serangga penghisap cairan sedikit atau tidak ada sisa zat padat. Penggunaan kuliner sangat tinggi pada serangga-serangga ibarat ini. Sebaliknya pada aphid penggunaan kuliner biasanya jelek. Cairan tumbuhan diambil dari tumbuhan dan mengalir terus, kebanyakan keluar dari duburnya sebagai tetes embun madu. Kira-kira 50-60 % nitrogen yang dimakan diambil dari tumbuhan.

Biasanya pada serangga fitopagus penggunaan kuliner juga buruk. Pada larva instar kelima Schistocera memakai hanya 35 % berat kering makanannya, tetapi pada instar pertama memakai 78 % dari berat kering makanannya. Hal ini terjadi pada keadaan kuliner berlimpah. Bila serangga kelaparan kuliner tertahan di usus jangka yang usang dan penggunaanya lebih efisien.

(DOWNLOAD makalah lengkapnya, untuk melihat klarifikasi dilengkapi gambar)


Sumber http://zonabawah.blogspot.com

0 Response to "✔ Sistem Pencernaan Serangga"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel