iklan banner

Perkembangan Variabel Pada Jalur Suku Bunga


Pada prosedur transmisi kebijakan moneter di Indonesia yang dilaksanakan pada jalur suku bunga, terdapat beberapa variabel di dalamnya. Perkembangan dari setiap variabel sanggup dapat dijelaskan berikut ini.
4.2.1 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

Dalam pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia, Operasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan piranti yang utama untuk tetap dilaksanakan. OPT terdiri dari OPT reguler yang dilakukan melalui pelaksanaan lelang SBI termasuk FASBI, serta OPT nonreguler yang akan dilakukan melalui Fine Tune Operation (FTO). Dari sisi operasional kebijakan moneter, lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan pada periode tahun 2004 berhasil menyerap likuiditas. (www.bi.go.id)
Perkembangan suku bunga SBI sanggup ditampilkan pada grafik berikut ini.

Grafik 4.1 Perkembangan Suku Bunga SBI


RSBI

13

12

11

10

9

8

7

6
2004      2005       2006       2007       2008       2009       2010    2011


Sumber : Pengolahan data














Universitas Sumatera Utara





Berdasarkan perjalanan suku bunga SBI dari tahun 2004 sampai tahun 2011, cukup mengalami pergerakan yang cukup berarti. Dari tahun 2004 dari kuartal I sampai tahun 2005 kuartal II masih tetap berada kisaran 7-8 persen, angka suku bunga yang cukup stabil. Namun, bila dilanjutkan pada kuartalan berikutnya, terlihat bahwa suku bunga SBI cukup menaik pada tahun 2005 kuartal III sampai tahun 2006 kuartal III, yang berada pada kisaran 10-12 persen. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi makro yang memperlihatkan bahwa adanya kenaikan tekanan harga barang- barang administered prices (BBM, TDL). Dalam hal ini, sebagai kiprah Bank Indonesia dalam menstabilkan nilai rupiah, maka tetapkan suku bunga SBI yang cukup tinggi, dengan maksud melaksanakan kebijakan ketat moneter. Dengan demikian, akan menjadikan pihak intermediasi yaitu bank akan menaikkan suku bunga deposito, yang pada kesudahannya akan menaikkan minat masyarakat untuk menabung uangnya, sehingga jumlah uang beredar sanggup terserap.

Pergerakan selanjutnya memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 kuartal IV kembali menurun dari sebelumnya sampai kuartal selanjuttnya. Dan pada periode selanjutnya yaitu tahun 2009 sampai tahun 2011, suku bunga SBI beradaa pada angka yang stabil yaitu pada kisaran 6 persen.
4.2.2 Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank

Tolak ukur target operasional kebjakan moneter terlihat pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito dan kesudahannya akan diikuti suku bunga kredit perbankan.







Universitas Sumatera Utara





Berikut perkembangan suku bunga PUAB yang ditampilkan pada grafik.


Grafik 4.2 Perkembangan Suku Bunga PUAB



RPUAB

12

11

10

9

8

7

6

5

4

3
2004      2005       2006       2007      2008       2009       2010      2011



Sumber : Pengolahan data


Dalam pergerakan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB), cukup mengalami pergerakan yang tidak jauh berbeda dari kuartal yang satu dengan kuartal yang lain. Suku bunga PUAB tidak sepenuhnya mengacu kepada suku bunga instrumen. Ini terlihat dari perkembangan suku bunga PUAB tidak selalu sama dengan suku bunga SBI, namun perbedaannya tidak tinggi.

Ditinjau dari kelompok pelakunya, selama tahun 2004 bank pemerintah menjadi pemasok utama bagi likidutas PUAB baik pada sesi pagi maupun sesi sore. Besarnya peranan bank pemerintah tersebut selaras dengan kondisi bank pemerintah yang mempunyai likuiditas cukup besar terutama dari nasabah korporasi dan BUMN.











Universitas Sumatera Utara





4.2.3 Suku Bunga Deposito

Perkembangan suku bunga deposito sanggup ditampilkan pada grafik berikut

ini.

Grafik 4.3 Perkembangan Suku Bunga Deposito



RDEPOSITO

13

12

11

10

9

8

7

6

5
2004      2005      2006       2007      2008       2009      2010    2011



Sumber : Pengolahan data


Pergerakan suku bunga deposito dari tahun 2004 kuartal I sampai pada tahun 2011 memperlihatkan kekerabatan cenderung searah dengan perkembangan suku bunga instrumen moneter. Suku bunga deposito yang cukup tinggi mencapai double digit berada pada tahun 2005 kuartal I sampai tahun 2006 kuartal III.
Kenaikan suku bunga deposito tersebut, kondisinya ditemukan bersamaan dengan suku bunga SBI. Hal ini karena, pada bank umum, suku bunga deposito mengikuti suku bunga SBI. Kenaikan suku bunga ini pun kasusnya sama dengan kenaikan suku bunga SBI, yaitu disebabkan bank umum akan mengikuti suku bunga SBI, sehingga dengan tingkat suku bunga yang tinggi akan menyerap jumlah uang yang beredar di masyarakat. Kebijakan ini sering disebut dengan







Universitas Sumatera Utara





kebijakan moeter ketat. Selanjutnya suku bunga deposito kembali pada single digit, dan suku bunga deposito yang cukup stagnan pada tahun 2010 kuartal I hingga tahun 2011 berada pada kisaran yang sama yaitu pada 6 persen.

4.2.4 Suku Bunga Kredit

Suku bunga kredit pada tahun 2004 sampai 2011 tetap berada pada double digit. Didapati bahwa kesenjangan antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito cukup besar. Suku bunga deposito tidak begitu besar lengan berkuasa kepada suku bunga kredit, menyerupai suku bunga SBI terhadap suku bunga PUAB.

Perkembangan suku bunga kredit sanggup dapat ditampilkan pada grafik berikut ini.

Grafik 4.4 Perkembangan Suku Bunga Kredit



RKREDIT

16


15


14


13


12
2004      2005      2006       2007      2008       2009      2010    2011



Sumber : Pengolahan data


Kesenjangan suku bunga deposito dengan suku bunga kredit secara makro mengindikasikan masih cukup tingginya persepsi risiko perbankan terhadap dunia usaha. Secara mikro perbankan, kesenjangan terkait dengan kondisi keuangan






Universitas Sumatera Utara





internal dari tiap bank yang dipengaruhi oleh struktur asset yang semakin didominasi kredit, komposisi likuiditas dan sumber pendanaan yang semakin berjangka pendek, serta upaya memperkuat keuntungan. (www.bi.go.id)

4.2.5 Investasi

Perkembangan investasi dari tahun 2004 sampai tahun 2011 sanggup ditampilkan pada gambar berikut ini.
Grafik 4.5 Perkembangan Investasi


INVESTASI

170,000

160,000

150,000

140,000

130,000

120,000

110,000

100,000

90,000

80,000
2004      2005     2006      2007      2008      2009     2010    2011



Sumber : Pengolahan data


Perkembangan investasi dari tahun 2004 sampai tahun 2011 memperlihatkan pergerakan yang semakin meningkat dari satu kuartal ke kuartal berikutnya. Namun kenaikan yang ditunjukkan pada pergerakan investasi tidak terlalu besar dari tahun ke tahun.

Keberadaan likuiditas global pasca-quantitative easing pada masa krisis tahun 2008, berlanjutnya jadwal pembelian aset oleh beberapa bank sentral, serta kebijakan gres penurunan suku bunga tetap menjadi sumber pedoman dana ke







Universitas Sumatera Utara





negara berkembang. Selain itu, kebijakan suku bunga rendah di negara maju mengakibatkan investor menempatkan dana pada negara yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Negara-negera emerging markets Asia yang tumbuh lebih tinggi menjadi tujuan utama penempatan dana global tersebut, termasuk Indonesia. Indikator imbal hasil investasi di aset rupiah yang tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP – Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di daerah regional Asia. Bahkan dengan memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah masih menarik.
Peningkatan investasi terjadi di sektor industri pengolahan, sektor komunikasi dan sektor pertambangan. Peningkatan acara investasi ini tidak terlepas dari santunan sisi pembiayaan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Kegiatan investasi yang didukung oleh pembiayaan dalam negeri yakni dari perbankan maupun pasar modal. (www.bi.go.id)

4.2.6 Output Gap


Perkembangan output gap di Indonesia sanggup ditampilkan pada grafik berikut ini.





















Universitas Sumatera Utara





Grafik 4.6 Perkembangan Output Gap



OUTPUTGAP

1,400,000

1,200,000

1,000,000

800,000

600,000

400,000

200,000

0
2004     2005      2006      2007      2008     2009      2010    2011



Sumber : Pengolahan data


Tekanan output gap didorong oleh output konkret yang semakin mendekati output potensial. Dari tahun 2004 sampai tahun 2011 memperlihatkan output gap yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan setiap output gap sangat mensugesti pada tekanan inflasi.

Perkembangan interaksi antara undangan agregat dan penawaran agregat sejalan dengan perkembangan output gap. Peningkatan undangan menyerupai pada konsumsi rumah tangga dan ekspor yang cukup kuat, diperkirakan tidak menjadikan tekanan terhadap inflasi lantaran sanggup direspon oleh sisi penawaran, yaitu yang berasal dari sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi.


Analisis Hasil Penelitian
4.5.1 Hasil Uji Stasioneritas

Dalam pengujian stationaritas data dilakukan dengan uji akar unit. Dalam penelitian ini memakai uji akar unit Augmented Dickey Fuller. Untuk mengetahui apakah data stasioner atau tidak, sanggup membandingkan antara nilai statistik ADF dengan nilai kritis statistik Mackinnon. Nilai statistik ADF ditunujukkan oleh nilai t statistik koefisien γYt-1. Jika nilai adikara statistik ADF lebih besar dari nilai statistik Mackinnon, maka data yang diamati memperlihatkan stasioner dan kalau sebaliknya nilai adikara statistik ADF lebih kecil dari nilai statistik Mackinnon maka data tidak stasioner.
4.5.1.1 Jalur Suku Bunga

Pengujian stationeritas pada variabel jalur suku bunga ini ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Stationeritas pada Variabel Jalur Suku Bunga



ADF
ADF
ADF
No
Nama Variabel
Statistic (level)
Statistic (first
Statistic (second



difference)
difference)
1
rSBI
-3.123496
-3.326773 **
-6.080290
2
rPUAB
-4.986116 ***
-10.60305
-15.57418
3
rDeposito
-3.212707
-3.093763
-5.225696 *
4
rKredit
-1.931453
-2.871799**
-5.057978
5
Investasi
-2.128120
-8.283664**
-6.813255
6
Output Gap
-2.238161
-2.987241
-7.627400 *
7
Inflasi
-5.911403 ***
-3.558357
-4.770801
Keterangan : *** signifikan pada level
**    signifikan pada first difference
*       signifikan pada second difference
Sumber : Pengolahan data

Dari hasil uji stationeritas menunjukkkan bahwa rPUAB dan Inflasi sudah stationer pada level. Sedangkan yang lainnya menyerupai rSBI, rKredit dan Investasi yakni stationer pada first difference, dan variabel lainnya yaitu rDeposito dan





Universitas Sumatera Utara





Output Gap stationer pada second difference. Dari hasil tersebut, variabel sudah

stationer pada level maupun difference.

Hasil Uji Kointegrasi

Pada pengujian kointegrasi dibutuhkan untuk menggambarkan keadaan keseimbangan dalam jangka panjang. Dalam pengujian ini memakai metode Johansen. Hasil uji kointegrasi pada jalur suku bunga dan nilai tukar ditampilkan pada tabel berikut ini :






Universitas Sumatera Utara





4.5.2.1 Jalur Suku Bunga

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kointegrasi pada Jalur Suku Bunga



Hypothesized

Trace
0.05

No. of CE(s)
Eigenvalue
Statistic
Critical Value
Prob.**










None *
0.914808
202.5327
125.6154
0.0000
At most 1 *
0.784322
128.6474
95.75366
0.0001
At most 2 *
0.642402
82.62837
69.81889
0.0034
At most 3 *
0.564450
51.77801
47.85613
0.0205
At most 4
0.450639
26.84361
29.79707
0.1055
At most 5
0.146725
8.873635
15.49471
0.3772
At most 6 *
0.128129
4.113426
3.841466
0.0425

Trace test indicates 4 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

*  denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Sumber : Pengolahan Data

Pada tabel uji kointegrasi pada jalur suku bunga ini memperlihatkan bahwa ada beberapa variabel yang mempunyai kestabilan dalam jangka panjang. Variabel tersebut yakni rSBI, rPUAB, rDeposito, rKredit, dan Inflasi, sedangkan untuk variabel Investasi dan Output Gap tidak mempunyai kestabilan dalam jangka panjang ( no cointegration).
Hasil Uji Kausalitas

Pengujian kausalitas Granger dilakukan untuk mengetahui apakah di dalam antarvariabel terdapat kekerabatan alasannya yakni akibat. Pengujian ini ditampilkan dalam tabel berikut.
4.5.3.1 Jalur Suku Bunga

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kausalitas pada Jalur Suku Bunga

No
Hubungan Antarvariabel
Keterangan















1
rSBI









rPUAB
Terdapat hubungan  kausalitas yang  satu  arah



















antara rSBI dengan rPUAB















2
rSBI




rDeposito
Tidak terdapat kekerabatan kausalitas antara rSBI














dengan rDeposito, begitu sebaliknya















3
rSBI




rKredit
Terdapat kekerabatan kausalitas satu arah antara


















rSBI dengan rKredit















4
rSBI


Investasi
Tidak terdapat kekerabatan kausalitas antara rSBI














dengan rKredit, begitu sebaliknya















5
Output Gap






rSBI
Terdapat kekerabatan kausalitas satu arah antara




















Output Gap dengan rSBI















6
rSBI










Inflasi
Terdapat kekerabatan kausalitas satu arah antara




















rSBI dengan Inflasi















7
rDeposito







rPUAB
Terdapat kekerabatan kausalitas satu arah antara














rDeposito dengan rPUAB















8
rKredit







rPUAB
Terdapat kekerabatan kausalitas satu arah antara





















rKredit dengan rPUAB















9
rPUAB







Investasi
Tidak terdapat kekerabatan kausalitas antara rPUAB














dengan Investasi, begitu sebaliknya















10
rPUAB







Output Gap
Tidak terdapat kekerabatan kausalitas antara rPUAB





















dengan Output Gap, begitu sebaliknya















11
Inflasi








rPUAB
Terdapat kekerabatan kausalitas satu arah antara














Inflasi dengan rPUAB






Universitas Sumatera Utara






12
rDeposito





rKredit
Tidak  terdapat  hubungan  kausalitas  antara















rDeposito dengan rKredit, begitu sebaliknya











13
rDeposito





Investasi
Terdapat kekerabatan kausalitas satu arah antara













rDeposito dengan Investasi











14
Output Gap





rDeposito
Terdapat kekerabatan kausalitas satu arah antara










Output Gap dengan rDeposito











15
Inflasi





rDeposito
Terdapat kekerabatan kausalitas satu arah antara










Inflasi dengan rDeposito











16
rKredit





Investasi
Terdapat kekerabatan kausalitas dua arah antara










rKredit dengan Investasi, begitu sebaliknya











17
Output Gap





rKredit
Terdapat kekerabatan kausalitas satu arah antara










Output Gap dengan rKredit











18
rKredit







Inflasi
Tidak terdapat kekerabatan kausalitas antara rKredit










dengan Inflasi, begitu sebaliknya











19
Output Gap





Investasi
Terdapat kekerabatan kausalitas satu arah antara










Output Gap dengan Investasi











20
Investasi






Inflasi
Tidak  terdapat  hubungan  kausalitas  antara










Investasi dengan Inflasi, begitu sebaliknya











21
Output Gap





Inflasi
Tidak terdapat kekerabatan kausalitas antara Output










Gap dengan Inflasi, begitu sebaliknya











Keterangan :





: terdapat kekerabatan kausalitas dua arah





:  terdapat kekerabatan kausalitas satu arah
:  tidak terdapat kekerabatan kausalitas
Sumber : Pengolahan Data


Dari uji kausalitas tersebut ditemukan bahwa ada varabel terdapat variabel yang mempunyai kekerabatan “Granger cause” atau kekerabatan saling pengaruh, yaitu antara rKredit dengan Investasi, begitu sebaliknya. Sedangkan kekerabatan antara rSBI dengan rPUAB, Output Gap dengan rSBI, rSBI dengan rKredit, rSBI dengan Inflasi, rDeposito dengan rPUAB, rPUAB dengan rKredit, Inflasi dengan rPUAB, rDeposito dengan Investasi, Output Gap dengan rDeposito, Inflasi dengan rDeposito, Output gap dengan rKredit, Output Gap dengan Investasi memperlihatkan adanya kekerabatan kausalitas yang satu arah saja.
Hasil uji kuasalitas untuk variabel lainnya yakni rSBI dengan rDeposito, rSBI dengan Investasi, rPUAB dengan Investasi, rPUAB dengan Output Gap,






Universitas Sumatera Utara





rDeposito dengan rKredit, rKredit dengan Inflasi, Investasi dengan Inflasi, Output

Gap dengan Inflasi tidak ditemukan adanya kekerabatan diantara variabel tersebut,

yang artinya yakni tidak terdapat saling ketergantungan (no causality) diantara

kedua variabel.

Hasil Penentuan Lag Optimal (Lag Lenght)

Penentuan lag length dalam model VAR yakni untuk menghindari terjadinya serial kekerabatan antara error term dengan variabel endogen dalam model yang mengakibatkan estimator menjadi tidak konsisten. Hal ini berarti bahwa pemilihan lag yang sempurna akan menghasilkan residual yang bersifat Gaussian, yakni terbebas dari permasalahan autokokedastisitas (Gujarati, 1997). Dalam penentuan lag optimal, kita menentukan dengan kriteria yang mempunyai final prediction error correction (FPE) atau jumlah dari AIC,SIC, dan HQ yang paling kecil di antara banyak sekali lag yang diajukan.

4.5.4.1 Jalur Suku Bunga

Tabel 4.7 Hasil Penentuan Lag Optimal pada Jalur Suku Bunga



Lag
LogL
LR
FPE
AIC
SC
HQ














0
-898.1581
NA
3.80e+17
60.34387
60.67082
60.44847
1
-717.1607
265.4629
6.28e+13
51.54405
54.15962*
52.38079
2
-644.6905
72.47019*
2.39e+13*
49.97937*
54.88356
51.54826*

* indicates lag order selected by the criterion
Sumber : Pengolahan Data

Hasil penentuan lag optimal (lag length) menurut tabel di atas memperlihatkan bahwa pada jalur suku bunga lag optimal yang berbeda-beda. Pada kriteria LR, PFE (, final prediction error correction) , AIC ( Akaike Information Criterian) , dan HQ ( Hannan Quinn Information Criterian ) berada pada lag optimal dua (2), sedangkan pada kriteria SIC (Schwarz Information Criterian) berada pada lag optimal satu (1). Berdasarkan klarifikasi sebelumnya, bahwa menentukan lag optimal menurut nilai terkecil pada LR, PFE, AIC, SIC,








Universitas Sumatera Utara





maupun HQ maka lag yang sempurna untuk dipakai pada jalur suku bunga adalah

pada lag optimal dua (2).

5 Hasil Estimasi VAR

Dalam estimasi VAR, model VAR yang dipakai yakni menyerupai pada model pada penggalan sebelumnya. Dari hasil estimasi, untuk melihat apakah ada imbas pada variabel, sanggup diketahui dengan membandingkan nilai t-statistik hasil estimasi dengan nilai t-tabel. Jika nilai t-statistik lebih besar dariapada nilai t-tabelnya, maka sanggup dikatakan bahwa variabel mempunyai imbas signifikan.












Universitas Sumatera Utara





4.5.5.1 Jalur Suku Bunga

Hasil estimasi VAR pada jalur suku bunga yakni sebagai berikut.

INF =  21.95423 + 1.538995 rSBIt-1
-1.124476 rSBIt-2
- 0.422214 rPUABt-1
[0.36234]
[1.20111]
[-0.96842]

[-1.32397*]

-0.335574rPUABt-2
-1.085157rDepositot-1
+2.193674rDepositot-2
[-0.93886]

[-0.42909]

[1.31861*]

+ 1.581478rKreditt-1
- 4.125660rKreditt-2
+ 7.85E-05investasit-1

[0.32749]

[-1.04174]
[0.36528]

+0.000115 investasit-2+ 1.08E-05OutputGapt-1–3.00E-05OutputGapt-2
[0.53040]

[0.50831]
[-0.95432]

+ 0.483005inflasit-1 – 0.147059inflasit-2 ……………………
(1.1)
[1.60368*]

[-0.49492]



R-squared
= 0.890060




Adj.R-squared = 0.787450




F-statistik
= 8.674170 ***



***                                    : signifikan 1%

**                                        : signifikan 5%

*                                            : signifikan 10%

Sumber : Pengolahan Data

Pada persamaan di atas memperlihatkan bahwa pada lag satu atau satu kuartal

sebelumnya (rSBIt-1) inflasi dipengaruhi rSBI dengan imbas posisif tidak

signifikan. Selanjutnya pada lag dua atau dua kuartal sebelumnya (rSBIt-2) dengan

pengaruh negatif tidak signifikan. Pada lag satu atau satu kuartal sebelumnya

(rPUABt-1) inflasi dipengaruhi rPUAB dengan penfaruh negatif signifikan dan

pada lag dua atau dua kuartal sebelumnya (rPUABt-2) inflasi dipengaruhi rPUAB

dengan imbas negatif tidak signifikan.

Pada lag satu atau satu kuartal sebelumnya (rDepositot-1) inflasi dipengaruhi

rDeposito dengan imbas negatif tidak signifikan, sedangkan pada lag dua atau

dua  kuartal  sebelumnya  (rDepositot-2)  dipengaruhi  positif  signifikan.  Pada

variabel selanjutnya yaitu pada lag satu atau satu kuartal sebelumnya (rKreditt-1)

inflasi dipengaruhi positif tidak signifikan dan pada lag dua atau dua kuartal









Universitas Sumatera Utara





sebelumnya (rKreditt-2) inflasi dipengaruhi rKredit dengan imbas negatif tidak

signifikan. Pada lag satu atau satu kuartal sebelumnya (investasit-1) inflasi

dipengaruhi positif tidak signifikan, sedangkan pada lag dua atau dua kuartal

sebelumnya (investasit-2) dengan imbas positif tidak signifikan.

Pada lag satu atau satu kuartal sebelumnya (outputgapt-1) inflasi dipengaruhi

oleh outputgap dengan imbas positif tidak signifikan, sedangkan pada lag dua

atau kuartal sebelumnya (outputgapt-2) inflasi dipengaruhi oleh outputgap dengan

pengaruh negatif tidak signifikan.

Pada lag satu atau satu kuartal sebelumnya (inflasit-1) inflasi dipengaruhi

oleh inflasi sendiri dengan imbas positif signifikan, sedangkan pada lag dua

atau dua kuartal sebelumnya (inflasit-2) imbas inflasi terhadap dirinya sendiri

negatif tidak signifikan.

Hasil    yang    ditunjukkan    pada   F-Statistik    signifikan,    artinya    secara

keseluruhan variabel rSBI, rPUAB, rDeposito, rKredit, Investasi, dan Output Gap

berpengaruh nyata terhadap inflasi.

4.5.6 Hasil Impulse Response Function

Di dalam model VAR didapati bahwa adanya kesulitan untuk menginterpretasikan koefisien, maka dilakukan analisis impulse response. Analisis impulse response ini menjadi penggalan yang penting dalam model VAR. Analisis ini melacak respon dari variabel endogen di dalam model VAR, lantaran adanya guncangan (shocks) atau perubahan dalam variabel gangguan.

Hasil impulse response function pada jalur suku bunga dan jalur nilai tukar sanggup ditampilkan pada berikut.

4.5.6.1 Jalur Suku Bunga

Grafik 4.11 Hasil Impulse Response Function pada Jalur Suku Bunga




Res pons e of RPUAB to RSBI
R es ponse of R DEPOSITO to R PU AB
R espons e of R KR ED IT to R D EPOSITO
2








1.0








.50








1








0.5








.25








0








0.0








.00

















































-1








-0.5








-.25


































-2








-1.0








-.50






































2
4
6
8
10
2
4
6
8
10
2
4
6
8
10


















Respons e of INVESTASI to RKREDIT
Respons e of OUTPUTGAP to INVESTASI
R espons e of INFLASI to OUTPUTGAP
4,000









40,000







4

















































2


















0















0
















0

















-40,000























































-2




















































































-4,000









-80,000







-4
































2
4
6
8
10

2
4
6
8
10
2
4
6
8
10













Universitas Sumatera Utara





Dari grafik di atas sanggup dijelaskan bahwa :

1.   Tahap Response rPUAB to rSBI

Pada tahap ini sanggup dijelaskan mengenai analisis suku bunga SBI dengan suku bunga PUAB. Tahap ini memperlihatkan bahwa respons suku bunga bunga PUAB terhadap shock suku bunga SBI mengalami peningkatan satu standar deviasi rSBI dan mencapai titik tertinggi pada periode kedua dan sehabis periode tersebut rPUAB mengalami penurunan. Pada periode keempat shock rSBI direspon negatif oleh rPUAB sampai periode kedelapan dan kemudian berangsur-angsur menuju posisi konvergen. Pada tahap ini juga memperlihatkan bahwa dibutuhkan time lag 1 (satu) bagi rPUAB untuk sanggup merespon shock rSBI dan respon rPUAB terhadap shock rSBI relatif kuat.

2.   Tahap Response of rDeposito to rPUAB

Pada tahap ini sanggup dijelaskan mengenai analisis suku bunga PUAB dengan suku deposito. Tahap ini memperlihatkan bahwa respons suku bunga bunga deposito terhadap shock suku bunga PUAB mengalami peningkatan satu standar deviasi rPUAB dan mencapai titik tertinggi pada periode ketiga. Pada periode keempat shock rPUAB direspon negatif oleh rDeposito sampai periode ketujuh dan kemudian berangsur-angsur menuju posisi konvergen. Pada tahap ini juga memperlihatkan bahwa dibutuhkan time lag 1 (satu) bagi rKredit untuk sanggup merespon shock rPUAB dan respon rKredit terhadap shock rPUAB relatif kuat.

3.   Tahap Response of rKedit to rDeposito

Pada tahap ini sanggup dijelaskan mengenai analisis suku bunga deposito dengan suku kredit. Tahap ini memperlihatkan bahwa respons suku bunga bunga







Universitas Sumatera Utara





kredit terhadap shock suku bunga deposito mengalami peningkatan satu standar deviasi rDeposito dan mencapai titik tertinggi pada periode kedua. Pada periode keenam shock rDeposito direspon negatif oleh rkredit sampai periode kesepuluh dan kemudian berangsur-angsur menuju posisi konvergen. Pada tahap ini juga memperlihatkan bahwa dibutuhkan time lag 2 (dua) bagi rKredit untuk sanggup merespon shock rPUAB dan respon rKredit terhadap shock rPUAB relatif kuat.
4.   Tahap Response of Investasi to rKredit

Pada tahap ini sanggup dijelaskan mengenai analisis suku bunga kredit dengan investasi. Tahap ini memperlihatkan bahwa respons investasi terhadap shock suku bunga kredit mengalami penurunan satu standar deviasi rKredit dan mencapai titik terendah pada periode ketiga. Pada periode pertama shock rKredit direspon negatif oleh investasi sampai periode kesepuluh. Pada tahap ini juga memperlihatkan bahwa dibutuhkan time lag 1 (satu) bagi investasi untuk sanggup merespon shock rKredit dan respon investasi terhadap shock rKredit relatif kuat.

5.   Tahap Response of Output to Investasi

Pada tahap ini sanggup dijelaskan mengenai analisis investasi dengan outputgap. Tahap ini memperlihatkan bahwa respons outputgap terhadap shock investasi mengalami penurunan satu standar deviasi investasi dan mencapai titik terendah pada periode kedua. Pada periode pertama shock investasi direspon negatif oleh outputgap sampai periode kesepuluh. Pada tahap ini juga memperlihatkan bahwa dibutuhkan time lag 1 (satu) bagi outputgap untuk sanggup merespon shock investasi dan respon investasi terhadap shock rKredit relatif kuat.










Universitas Sumatera Utara





6.   Tahap Response of Inflasi to Outputgap

Pada tahap ini sanggup dijelaskan mengenai analisis dengan outputgap dengan inflasi. Tahap ini memperlihatkan bahwa respons inflasi terhadap shock outputgap mengalami peningkatan satu standar deviasi investasi dan mencapai titik terendah pada periode kelima. Pada periode ketiga shock investasi direspon negatif oleh outputgap sampai periode ketujuh. Pada tahap ini juga memperlihatkan bahwa dibutuhkan time lag 3 (tiga) bagi investasi untuk sanggup merespon shock outputgap dan respon infalsi terhadap shock outputgap relatif lemah.
lemah.
4.5.7 Hasil Analisis Varians Decomposition

Variance Decomposition merupakan analisis yang dipakai untuk melihat seberapa besar donasi setiap variabel lantaran adanya perubahan variabel tertentu di dalam sistem VAR. hasil Varians Decomposition pada jalur suku bunga dan nilai tukar sanggup ditampilkan pada tabel berikut ini.

4.5.7.1 Jalur Suku Bunga

Tabel 4.9 Hasil Varians Decomposition pada Jalur Suku Bunga


Peri








od
S.E.
RSBI
RPUAB
RDEPOSITO
RKREDIT
INVESTASI
OUTPUTGAP
INFLASI


















1
1.931597
43.88674
1.891347
0.205421
4.132745
6.856963
0.146485
42.88030
2
2.616161
53.07443
10.13699
0.396545
2.485829
4.171744
0.905542
28.82892
3
2.839462
45.91748
20.26257
0.342646
3.254695
3.868847
1.520235
24.83353
4
3.153764
45.23813
23.11814
0.522737
4.013376
3.136139
1.885418
22.08606
5
3.492772
44.70540
22.58785
0.896880
4.090514
2.675465
5.507333
19.53655
6
3.659852
42.88424
23.64378
1.075579
3.934321
2.524244
8.010653
17.92719
7
3.728613
42.01208
23.30148
1.121093
3.818582
2.843415
8.086952
18.81640
8
3.740333
41.85348
23.21686
1.178974
3.802047
2.830592
8.044578
19.07348
9
3.772607
41.81378
23.35015
1.159659
3.987006
3.025716
7.913046
18.75065
10
3.853845
42.82163
22.65264
1.234691
4.759464
2.899498
7.658874
17.97320

Sumber : Pengolahan Data



Dari tabel di atas ditampilkan bahwa pada periode pertama, variasi inflasi yang sanggup dijelaskan oleh inflasi sendiri yakni sebesar 42,88%. Bila dibandingkan dengan yang lainnya, variasi inflasi yang dijelaskan rSBI cukup kuat yaitu 43,88%, rPUAB sebesar 1,89%, rDeposito sebesar 0,20%, rKredit 4,13%, Investasi sebesar 6,85% dan Output Gap sebesar 0,14%. Pada periode pertama variasi inflasi yang paling besar dijelaskan oleh rSBI. Selanjutnya pada





Universitas Sumatera Utara





periode kelima, variasi inflasi dijelaskan oleh inflasi sendiri yakni sebesar 19,53%.
Sementara pada variasi lainnya pada periode yang sama memperlihatkan hal yang berbeda, menyerupai pada variasi rSBI menurun tipis dari periode sebelumnya menjadi sebesar 44,70% bila dibandingkan dari periode pertama masih meningkat di periode lima, rPUAB menurun dari periode sebelumnya menjadi sebesar 22,58%, rDeposito menurun dari periode sebelumnya menjadi sebesar 0,89%, rKredit meningkat sebesar 4,09%, Investasi menurun dari periode sebelumnya menjadi sebesar 2,67%, dan Output Gap meningkat dari periode sebelumnya menjadi sebesar 5,50%.
Bila dilanjutkan pada sepuluh periode mendatang, variasi inflasi sanggup dijelaskan oleh inflasi sendiri menurun menjadi sebesar 17,97%, untuk rSBI meningkat dari periode sebelumnya menjadi 42,82%, rPUAB menurun sedikit dari periode sebelumnya menjadi sebesar 22,65%, rDeposito meningkat menjadi sebesar 1,23%, rKredit meningkat menjadi sebesar 4,75%, Investasi menurun dari periode sebelumnya yaitu sebesar 2,89%, dan Output Gap menurun dari periode sebelumnya menjadi sebesar 7,65%.

Hasil uji Varians Decomposition ini memperlihatkan bahwa variabel rSBI (suku bunga Sertifikat Bank Indonesia) mempunyai predictive power yang cukup kuat untuk menjelaskan variasi inflasi yaitu pada periode pertama sebesar 43,88% dan di periode sepuluh mendatang sebesar 42,82%. Variasi inflasi yang cukup kuat juga diikuti oleh rPUAB dan Output gap yang cukup meningkat dari setiap periode, sampai pada periode sepuluh masing-masing sebesar 22,65% dan 7,65%.







Sumber http://defantri.blogspot.com

0 Response to "Perkembangan Variabel Pada Jalur Suku Bunga"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel