Makalah Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis_Karya Jaya
MAKALAH
PENDEKATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
Mata Kuliah Etika Profesi Akuntansi
Dosen : Fithrah Kamaliyah S. Pd., M.E. Sy

Disusun Oleh :
Jaya Marantika (2016121018)
Triwanti Sumartini (2016120859)
Popi Septiyani (2016121663)
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang. Tangerang Selatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa lantaran dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya sanggup menuntaskan makalah wacana Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Bu Fithrah Kamaliyah S. Pd., M.E. Sy selaku Dosen mata kuliah Etika Profesi Akuntansi yang telah memperlihatkan kiprah ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini sanggup berkhasiat dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh alasannya itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang tepat tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini sanggup dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini sanggup berkhasiat bagi saya khususnya maupun para membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Pamulang, 28 Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... .. iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................... .. 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH.................................................................. .. 2
1.3 TUJUAN PENULISAN........................................................................ .. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN.......... .. 3
B. PENDEKATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS..................... .. 6
C. KEKURANGAN DATA AKUNTANSI TRADISIONAL.................... 11
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN.......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Keputusan ialah pilihan-pilihan dari dua alternatif atau lebih. Sebagai contoh, manajer puncak bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk, atau jasa yang ditawarkan. cara terbaik untuk membiayai banyak sekali operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang baru. Keputusan biasanya diambil ketika terjadi masalah, untuk mengatasi duduk masalah yang terjadi dalam suatu organisasi atau dalam perusahaan dibutuhkan suatu kebijakan dalam pengambilan keputusan yang baik dalam menentukan strategi, sehingga menjadikan pemikiran wacana cara-cara gres untuk melanjutkannya.
pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang berdasarkan perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya mempunyai beberapa tujuan, ibarat tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu duduk masalah dan tidak berkaitan dengan duduk masalah lain) dan tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, sanggup bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif)
Proses pengambilan keputusan ialah bagaimana sikap dan pola komunikasi insan sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi. Tidak ada pembahasan kontemporer pengambilan keputusan akan lengkap tanpa dimasukkannya etika. Mengapa? Karena pertimbangan etis seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan, maka dari itu pada penyusunan makalah ini akan dibahas tentang pendekatan pengambilan keputusan etis diaman teridiri dari analisis biaya manfaat dan analisis etis untuk pemecahan masalah
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan duduk masalah ialah sebagai berikut;
a. Apa itu watak dan pengambilan keputusan
b. Bagaimanakah Pendekatan-pendekatan dalam pengambilan keputusan yang etis,
c. Apa itu analisis biaya manfaat,
d. Bagaimanakah analisis etis untuk pemecahan masalah.
1.3.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini ialah membahas, mengetahui serta memahami:
a. Etika pengambilan keputusan
b. Pendekatan-pendekatan pengambilan keputusan
c. Analisis biaya manfaat
d. Analisis untuk pemecahan masalah
BAB II
ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A. Pengertian Etika dan Pengambilan Keputusan
1. Etika
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema watak dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya ialah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya.
Istilah watak berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan. Dalam bahasa sehari-hari kita sering menyebutnya etiket yang berarti cara bergaul atau berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan-santun.
Istilah watak banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-norma yang mengatur dan mengukur sikap professional seseorang.
Secara lengkap watak diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola sikap seseorang atau badan/lembaga/organisasi sebagai suatu bentuk yang sanggup diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa watak ialah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang sebenarnya. Etika dimulai bila insan merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat impulsif kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain lantaran pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah dibutuhkan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan sanggup dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melaksanakan refleksi. Karena itulah watak merupakan suatu ilmu.
Sebagai suatu ilmu, objek dari watak ialah tingkah laris manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laris manusia, watak mempunyai sudut pandang normatif. Maksudnya watak melihat dari sudut baik dan jelek terhadap perbuatan manusia.
2. Pengambilan Keputusan
Para indivindu dalam organisasi membuat keputusan (decision) artinya mereka membuat pilihan-pilihan dari dua alternatif atau lebih. Sebagai pola : manajer puncak bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk, atau jasa yang ditawarkan cara terbaik untuk membiayai banyak sekali operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang baru. Manajer tingkat menegah dan bawah menetukan aktivitas produksi, menyeleksi karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan. Karyawan nonmanajerial juga membuat keputusan yang mensugesti pekerjaan dan organisasi kawasan mereka bekerja. Sedangkan pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.
Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan duduk masalah bagaimana pilhan-pilhan semacam itu dibuat.
Beberapa pengertian keputusan berdasarkan beberapa tokoh (dhino ambargo: 2) ialah sebagai berikut :
a) Menurut Davis (1988) keputusan ialah hasil dari pemecahan duduk masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputusan dibentuk untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap planning yang telah digariskan atau penyimpangan serius terhadap planning yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajat dengan kiprah pengambilan planning dalam organisasi.
b) Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan ialah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang berdasarkan perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari beberapa klarifikasi diatas sanggup diambil kesimpulan bahwa pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang berdasarkan perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya mempunyai beberapa tujuan seperti: tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu duduk masalah dan tidak berkaitan dengan duduk masalah lain) dan tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, sanggup bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif).
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema watak dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya ialah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Maka ada baiknya sebelum kita mengambil keputusan, kita harus mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini :
1) Autonom
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menjadikan kerugian terhadap orang lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mensugesti banyak orang. Oleh lantaran itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya upah tersebut tidak layak untuk hidup.
2) Non-malfeasance
Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.
3) Beneficence
Merupakan keputusan harus sanggup menjadi solusi bagi duduk masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
4) Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk membuat keadilan yang tepat namun tentunya kita selalu berusaha untuk membuat keadilan yang ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
B. Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis
1. Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis
Sebagai respons terhadap keputusan yang sanggup dipertahankan secara etis, kerangka ini menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas dan legalitas. Serta persyaratan yang sanggup ditampilkan filosofis secara penting dan baru-baru ini dituntut oleh pemangku kepentingan. Hal ini dirancang untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan:
a) Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap.
b) Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan faktor yang relevan ke dalam tindakan praktis.
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas keputusan atau tindakan yang dibentuk dengan melihat:
a) konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya,
b) hak dan kewajiban yang terkena dampak,
c) keadilan yang terlibat,
d) motivasi atau kebajikan yang diharapkan.
Pertimbangan Pembuatan Keputusan Etis (EDM); Landasan Filosofis
Pertimbangan EDM Kekayaan atau kesejahteraan Menghormati hak para pemangku kepentingan Kesetaraan diantara para pemangku kepentingan Harapan untuk sifat karakter, kebajikan Isu Tertentu Terkait dengan EDM Perilaku yang berbeda dalam budaya yang berbeda (suap) Konflik kepentingan, dan batas-batas untuk sikap mementingkan diri sendiri | Teori Filosofi Konsekuensialisme, utilitarianisme, teologi Deontologi (hak dan kewajiban) Imperatif kategoris kant, keadilan yang tidak memihak Kebajikan Relativisme, subjektivisme Deontologi, subjektivisme, egoisme |
2. Pendekatan filosofi
1. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu benar secara moral kalau dan hanya kalau tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis kalau konsekuensi yang menguntungkan lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan utilitas keseluruhan, meliputi keseluruhan varian, oleh lantaran itu hanya dari manfaat parsial dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi. Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau selesai dari tindakan, maka disebut juga teleological.
Menurut AACSB Pendekatan konsekuensialisme mengharuskan untuk menganalisis keputusan dalam hal kerugian dan keuntungannya bagi pemangku kepentingan dan untuk mencapai sebuah keputusan yang menghasilkan kebaikan dalam jumlah besar. Konsekuensialisme beropini bahawa sebuah perbuatan benar secara moral kalau dan hanya kalau tindakan tersebut bisa memaksimalkan kebaikan bersih. Dengan kata lain, tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi etis kalau konsekuensi positif lebih besar daripada konsekunsi negatifnya.
2. Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya. Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa pertimbangan konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.
3. Virtue Ethics (Etika Kebajikan)
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan atau tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan kebiasaan moral, watak kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari abjad moral yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan.
Kebajikan ialah abjad yang membuat orang bertindak etis dan membuat orang tersebut menjadi insan yang bermoral. Menurut AACSB watak kebajikan berfokus pada abjad atau integrasi moral para pelaku dan melihat pada moral masyarakat, ibarat masyarakat profesional, untuk membantu mengidentifikas isu-isu etis dan panduan tindakan etis.
Pendekatan dan Kriteria Pembuatan Keputusan Etis
3. Analisis Biaya Manfaat
Manajemen perusahaan makin meningkatkan kesadarannya bahwa keputusan bisnis sering kali mempunyai dampak yang tidak sanggup diukur dengan gampang memakai analisis akuntansi tradisional. Pemerintah dan kelompok-kelompok kepentingan khusus dengan cepat memperlihatkan bahwa banyak biaya yang dihasilkan dari keputusan bisnis tidak tercermin dalam (atau yang diluar) laporan perusahaan. Polusi kerusakan contohnya harus ditanggung oleh pihak lain, bukan oleh perusahaan yang mengakibatkan masalah. Dapat dimengerti, kalau kemudian, eksekutif perusahaan mencari teknik analisis yang memperhitungkan biaya dan manfaat eksternal tersebut ketika mereka berunding wacana kebijakan perusahaan. Tak pelak lagi mereka meminta kepada akuntan mereka untuk membuatkan analisis biaya-manfaat yang dibutuhkan untuk melengkapi proyek tingkat pengembalian yang biasa dilakukan. Analisis biaya-manfaat (ABM) sanggup digunakan untuk:
a. Menentukan proyek apa yang harus dilakukan
b. Untuk memantau kinerja sebuah perusahaan atau proyek
Penggunaan analis biaya manfaat, dibagi menjadi 2 yakni:
1. Organisasi sektor swasta
· Dukungan untuk subsidi pemerintah, hibah atau tarif.
· Perkiraan dampak pencemaran terhadap masyarakat.
· Penilaian waktu karyawan yang dihabiskan untuk kegiatan publik Evaluasi alokasi sumber daya untuk proyek-proyek atau kampanye kepentingan umum.
· Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari hilangnya nyawa, mata, tungkai dan lain-lain.
· Perhitungan waktu luang.
2. Organisasi sektor publik
Evaluasi alternative aktivitas social mengarah pada alokasi sumber daya untuk:
· Program kesehatan
· Program pendidikan
· Fasilitas rekreasi
· Proyek konservasi
· Proyek-proyek perbaikan transportasi
· Perumusan peraturan untuk pengendalian polusi.
C. Kekurangan Data Akuntansi Tradisional
Adapun kekurangan data akuntansi tradisional kalau dibandingkan dengan analisis biaya manfaat mempunyai kelemahan yaitu :
1. Hal ini berfokus pada tindakan masa lalu, yang tidak relefan untuk tindakan masa depan dalam pengambilan keputusan.
2. Tidak memperhitungkan faktor-faktor eksternal.
3. Mempertimbangkan beberapa sumber daya sebagai sumber daya bebas atau tanpa biaya.
4. Fokusnya jauh lebih sempit, selalu bekerjasama dengan kepentingan pemegang saham, bukan kepentingan pemangku kepentingan (atau masyarakat).
1. Teknik Analisis Biaya-Manfaat
Daripada memakai keterangan normal seperti, pendapatan, beban, dan keuntungan bersih, terminology yang digunakan dalam ABM ialah keuntungan, biaya, dan kelebihan manfaat atas biaya. Konsep ABM wacana manfaat dan biaya lebih luas dari pendapatan dan biaya, lantaran meraka memperhitungkan nilai-nilai eksternal masa depan hingga sekarang. Proyek harus dilakukan kalau keuntungannya melebihi biaya atau rasio keuntungan/ biaya lebih besar dari satu.
2. Tingkat Diskon
Uang yang digunakan untuk membiayai proyek menjadi tertahan untuk kegunaan lain. Dengan demikian, biaya tersebut secara tepat diukur dengan menghitung biaya kesempatan yang dilewatkan, apakah itu ialah tingkat imbal marginal sehabis pajak yang hilang dari investasi lain atau harga konsumen akan bersedia membayar penundaan konsumsi mereka. Hasil studi ABM biasanya didiskontokan pada tingkat marginal rata-rata tertimbang berdasarkan proyeksi sumber-sumber pembiayaan yang digunakan.
3. Pengukuran Biaya Dan Manfaat
Meskipun terdapat duduk masalah dalam menentukan tingkat pecahan yang tepat, ini merupakan duduk masalah kecil dibandingkan dengan kesulitan untuk mengidentifikasi dan mengukur biaya tahunan masa depan dan keuntungan (itu sendiri). Sayangnya, banyak biaya dan manfaat tidak sanggup ditentukan secara langsung, dan pengganti atau cara tidak eksklusif harus digunakan untuk memperkirakan nilai yang terlibat, meskipun diakui hampir mustahil menangkap semua karakteristik dari niali pengganti.
4. Kekurangan Dari Analisis Biaya Manfaat
Beberapa akuntan beropini bahwa anggaran biaya manfaat terlalu jauh dari misi tradisional mereka yang cukup bernilai untuk dipelajari akan tetapi argument ini tidak melihat kelanjutan dari anggaran biaya manfaat yang telah digunakan sebelum tahun 1844, keunggulan anggaran biaya manfaat dalam mengatur keputusan pemerintah. Selain itu kecenderungan yang terang ialah bahwa tehnik anggaran biaya manfaat akan digunakan di sektor swasta untuk memperlihatkan fokus dalam pengambilan keputusan program-progam perusahaan yang berdampak pada masyarakat.
Akuntan secara tradisional telah mengasumsikan kiprah pokok dalam menyediakan data untuk keputusan di sektor swasta dan kalau posisi ini harus dipertahankan itu ialah kepentingan terbaik akuntan untuk mengenal dengan baik tehnik ABM dan kekurangannya. Selain itu akuntan sering terlibat eksklusif dengan keputusan ABM di sektor public, mereka akan membuat keputusan yang kurang terampil atau untuk menantang ajuan spesifik ABM secara efektif, kecuali mereka menyadari tehnik ABM yang relefan. Alasan kami menekankan pentingnya saran informasi akan menjadi lebih terang ketika banyak sekali kekurangan dan keseriusan ABM dipahami. Kekurangan sanggup dikelompokkan menjadi tiga katagori yaitu:
1. Pilihan yang tersedia untuk yang mempersiapkannya (preparer).
2. Kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna.
3. Masalah yang tidak sanggup diatasi oleh ABM.
Adapun kendala-kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna ABM maka penting kalau proyek-proyek saling terpisah satu sama lain. Jika sedang dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis ABM harus meliputi semua aspek proyek. Selain itu proyek yang diterima memenuhi persyaratan aturan dan sesuai dengan administrasi. Kadang-kadang hambatan anggaran dihapus dan pembuat keputusan diberitahu untuk menghabiskan anggaran yang telah ditetapkan tanpa memperhatikan biaya kesempatan dari uang yang dibelanjakan.
5. Pilihan Yang Tersedia
Pilihan yang banyak dan kalau tidak terlalu akurat, akan menjadi bias bagi ABM hingga di titik dimana keputusan yang tidak bijaksana akan dihasilkan. Ada metode yang bisa mencegah bias dan tidak masuk akal, tapi pengambil keputusan pertama kali harus memahami apa saja potensi masalahnya. Sangat penting bahwa biaya kesempatan yang akurat diperkirakan untuk uang yang dipergunakan untuk membiayai setiap proyek ABM.
Bias sanggup masuk ke dalam ABM melalui pilihan jelek sebagai pengganti dan metode yang digunakan untuk mengukur nilai-nilai masyarakat
6. Kendala-Kendala
Sehubungan dengan kendala-kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna ABM, maka penting proyek-proyek saling terpisah satu sama lain, atau kalau sedang dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis ABM harus meliputi semua aspek proyek. Selain itu, proyek yang diterima memenuhi persyaratan aturan dan sesuai dengan administrasi.
Isu yang tidak terselesaikan pengambil keputusan ABM harus menyadari bahwa ada banyak isu yang tidak pernah sanggup sepenuhnya diselesaikan dengan tehnik ABM. ABM tidak memperhitungkan duduk masalah ekuitas, ibarat kelayakan dari menghukum satu kelompok atas keuntungan kelompok lain. Abm disini untuk tetap dipakai, akuntansi tradisional tetap berharga, tetapi dalam masyarakat maju, organisasi harus menyadari dan memperhitungkan dampak eksternal mereka. Pemerintah sudah membuat pilihan social bagi kita semua berdasarkan analisis biaya manfaat. Oleh lantaran itu, akuntan disarankan untuk meningkatkan pemahaman mereka wacana analisis biaya-manfaat beserta kekurangannya, atau kalau tidak mereka akan kehilangan kawasan mereka sebagai ajun dari pengambil keputusan.
7. Analisis Etika Untuk Pemecahan Masalah
Kebanyakan para pelaku bisnis mengambil keputusan berdasarkan kepentingan para pemilik atau para pemegang saham, pandangan ini merupakan pendekatan secara tradisional. Pendekatan secara tradisional ini dimodifikasi menjadi dua cara, pertama perkiraan bahwa seluruh stakeholder hanya ingin meaksimalkan keutungan jangka pendek. Kedua, hak dan kewajiban dari beberapa kelompok non-shareholder ibarat karyawan, konsumen atau klien, supplier, kreditor, tokoh masyarakat dan pemerintah mempunyai kepentingan dari hasil keputusan yang dibentuk dan juga tujuan dan perusahaan itu ikut dipertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Perusahaan yang modern dikala ini sangat mempertimbangkan kelompok Shareholder dan kelompok diluar shareholder, kedua kelompk tersebut menjadi pembentuk dari sebuah stakeholder yang menjadi Company Respond. Jika kehilangan salah satu unsure stakeholder atau biasa disebut primary stakeholder.
Hal tersebut sanggup mengakibatkan perusahaan tidak sanggup berpotensi secara penuh, dan mungkin sanggup menjadikan kerugian pada perusahaan.
Asumsi bahwa kelompok shareholder monolitik hanya tertarik pada keuntungan jangka panjang yang sedang mengalami modifikasi, disebabkan lantaran perusahaan yang modern mencari shareholders yang terdiri dari perorangan maupun institusi yang tertarik pada keuntungan jangka panjang dan bagaimana watak bisnis diterapkan.
Investor yang etis membuatkan jarigan formal dan informal melalui kegiatan perusahaan mereka, mereka juga memutuskna bagaimana untuk menentukan wakil-wakil mereka, serta bagaimana pendekatan ke eksekutif supaya mereka memperhatikan dan tetap pada ruang lingkup atas santunan terhadap lingkungan. Mereka juga memperlihatkan kompensasi dan nilai lebih terhadap kegiatan HAM pada suatu negara tertentu ibarat Afrika Selatan.
8. Kepentingan Yang Fundamental Dari Stakeholder
Para decision maker menggabungkan kepentingan kelompok stakeholder dan menciptakaan tiga kepentingan yang mendasar, yaitu: Dapat menghasilkan keputusan yang sanggup mengakomodir kepentingan mereka suatu keputusan sebaiknya mempertimbangkan pendistribusian yang adil antara keuntungan dan beban.
Suatu keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak-hak Stakeholder, termasuk hak dalam membuat keputusan:
a. Well-offnes ialah Keputusan sebaiknya menghasilkan lebih banyak keuntungan daripada Biaya.
b. Fairness ialah Pendistribusian hendaknya mempertimbangkan keseimbangan antara keuntungan dan biaya.
c. Right ialah Hasil keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak Stakeholder.
9. Pengukuran Pengaruh Yang Dapat Dikuantifisir
Keuntungan ialah kepentingan utama yang ingin didapat oleh para pemegang saham dan merupakan hal yang penting untuk mencerminkan ketahanan dan kesehatan suatu perusahaan. Pada waktu inflasi, keuntungan sanggup merubah inventory di harga yang lebih tinggi.
10. Pengkajian Terhadap Pengaruh Yang Tidak Dapat Dikuantifisir
Keadilan bukan merupakan konsep yang absolut. hal ini merupakan petunjuk yang berasal dari suatu insiden ekonomi yang berorientasi dalam mencari keuntungan dan biaya yang menjadi dasar dari keputusan tersebut. contohnya ialah keputusan untuk menaikan pajak lebih tinggi pada pendapatan tinggi, tetapi melihat secara adil sesuai dengan kapasitas mereka untuk membayar pajak. alasan dan perspektif dibutuhkan untuk menilai kewajaran dengan teliti.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya ialah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu utilitarian, universalisme (duty), pementingan pada hak, pementingan pada keadilan, dan relativisme (self-interest).
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J. & Paul Dunn. 2011.Etika Bisnis dan Profesi: Untuk Direktur, Eksekutif, dan Akuntan. Edisi Kelima. Buku Satu. Terjemahan oleh Kanti Pertiwi Jakarta: Salemba Empat.

0 Response to "Makalah Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis_Karya Jaya"
Posting Komentar